Rabu, 08 April 2009

pembaretan kopassus di nusakambangan

Siang itu aku menerima telepon dari suamiku (waktu itu masih pacar), dari nada awal aku tahu dia akan mengatakan tak bisa memenuhi janji untuk pergi ke Dieng seperti yang kami rencanakan, memang harus kuat hati punya pacar (dan suami) seorang wartawan, setiap saat tugas memanggil.
"Humairah...., kau mengajar sampai jam berapa?" tanyanya.
"Hari ini jamku sudah habis mon aimee...." dugaanku makin kuat, pasti dia akan pergi sabtu ini dan mungkin sekarang akan mengajakku pergi lebih dulu buat nebus dosa...
"Rencana Dieng kayanya batal...., maaf...", tuh khan benar....
"Aku dapat undangan meliput pembaretan kopasus di NK"
"Harus menginap...." sambungnya lagi...
Aku tak berhasil menyembunyikan kekecewaan dari desah nafas yang tak sengaja kuhembus..., betapa tidak...., dua tahun aku bekerja di Banyumas ini dan belum sekalipun menghirup hawa dingin dataran tinggi dieng yang hanya bisa kulihat di gambar saja. semenjak aku masih belum pulang ke indonesia.
Beberapa saat kami saling diam, aku tahu dia pasti merasa bersalah...
tiba tiba dia bertanya...
"Za...., u still keepin ur press ID?"
"Yup...."
"Kau ikut saja, kucoba lobby ke mereka biar kamu bisa masuk rombongan"
IDE GILA! pikirku...., tapi kapan lagi bisa lihat latihan perang live?
"Pasti boleh, itu bagus buat mereka, biar penerbitan kampus juga tahu tentang kopasus"
"Tapi apa hubungannya sama majalah medis mas?" aku masih ragu...
"Pasti ada..., nanti aja kita cari" nekat sekali dia...
"I'm not so sure..." meski jujur keraguanku makin menipis
"I'll try to told them now" pungkasnya dan segera menutup telpon...

Sore itu juga..., aku telah berada dalam rombongan yang berkumpul di korem wijayakusuma, suamiku berhasil meyakinkan humas untuk memasukkan aku dalam daftar rombongan wartawan, kebetulan track recordku sebagai jurnalis sebuah majalah medis nasional memang masih diakui (waktu itu), meski aku tak seaktif ketika masih belum mengajar, yang lebih penting lagi, mereka menganggap aku mewakili dunia internasional (hehehehehe). Pengaruh papa ternyata masih lumayan....
Setelah breifing di korem, kami langsung masuk mobil untuk perjalanan ke cilacap, Kolonel S. penerangan kodam yang menyertai kami sempat memberikan beberapa petunjuk meski beliau mengaku hanya mengawal saja, nantinya kami akan di LO oleh staff penerangan Kopasuss sendiri.
jam 7, selepas makan malam di cilacap, kami diseberangkan dengan kapal pengayoman 2 milik dep kehakiman menuju ke dermaga sodong di NK. sesampai di sana perjalanan dilanjutkan dengan truk militer menuju pantai permisan, TKP pembaretan.
dalam rombongan hanya dua wanita yang ikut, selain aku juga ada reporter trijaya. gadis manis kecil berjilbab. (waktu itu izza belum pake jilbab), ternyata ini jadi masalah, untuk aku yang berambut pendek (waktu itu) staff penerangan tak punya masalah, tetapi rekan dari trijaya memakai jilbab berwarna putih. semula kami tak tahu kenapa ini jadi masalah, tetapi sesampainya di permisan dan kami disodori baju loreng 'darah mengalir' khas kopassus, kami baru tahu bahwa kami juga harus memakai seragam dan kamuflase. staff penerangan tergopoh gopoh mencari kerudung hitam untuk rekan dari trijaya. tapi akhrinya mereka mendapatkannya "pinjam dari ibu kalapas" saat kutanya dari mana mereka dapat kerudung di NK saat malam malam begitu.
saya dan rekan trijaya dipersilahkan ke rumah kalapas permisan untuk berganti baju, sementara para cowok dengan cuek berganti seragam di dalam truk.
tepat jam sembilan, kami mendapat briefing dari staff penerangan, untuk menjelaskan jadwal dan rencana acara, juga ketentuan yang harus kami ikuti selama latihan terakhir berlangsung,
"Jangan meninggalkan fox hole kalian, jangan sampai kena peluru nyasar" peringatan itu terdengar keras...
usai briefing tengah malam, kami ditunjukkan fox hole kami, sebuah lubang besar tak jauh dari pantai permisan lengkap dengan kamuflasenya, di sana telah ada matras untuk kami.
"untuk merasakan suasana latihan, teman teman menginap disini sampai dini hari nanti " kata staff penerangan sambil tersenyum.
"jangan keluar dari fox hole ini ya nanti kena bom..." katanya lagi...
hanya soerang staff yang bertugas sebagai LO kami saja yang menemani di lubang itu. dan kami (wesss kami...) para wartawan mulai iseng ga ada kerjaan.
ada yang langsung mendengkur, ada yang mendengarkan musik, ada yang pacaran (hehehehe), beberapa teman mengutuki aku dan suamiku (masih pacar) dan menggoda dengan menyebut liputan kami adalah liputan kasih sayang....
entah berapa lama kami menunggu, beberapa teman sudah tertidur di matrasnya, aku juga sempat tertidur di lengan suamiku setelah dia membersihkan panasonic DVXnya.
sempat ada gurauan dari Letnan A sang LO kami "ternyata sama, kalau prajurit membersihkan senjatanya saat senggang, wartawan membersihkan kameranya""tapi peluru kalian kadang lebih tajam" katanya lagi.
sekitar pukul 3 dini hari kami dibangunkan oleh dentuman bom, pak biantoro wartawan senior dari elshinta mencoba melongok dan bummmmm! pak bi terpelanting jatuh bukan karena ledakan tapi kaget oleh suara bom yang meledak tak jauh dari fox hole, letnan A tersenyum senyum melihat pak bi yang sedikit bengong dan dari mulutnya keluar campuran sumpah serapah dan doa (aneh banget) kami langsung tahu... itu disengaja oleh kopassus agar para wartawan masuk dalam suasana latihan akhir. meski hanya latihan, suasana cukup menegangkan, bunyi rentetan machine gun dan desing ledakan bom bertubi tubi membuat suasana tak ubahnya pertempuran sungguhan. langit pagi juga terang benderang oleh kilatan peluru peluru yang menyambar. samar samar, dari arah hutan, terlihat sosok sosok prajurit calon kopassus yang berenang menuju karang pisau komando yang berada di arah laut, gelombang samudera indonesia memang tak ramah, namun terlihat mereka berusaha mencapai karang di tengah hujan tembakan. entah kenapa aku merasakan keindahan....., maskulinitas sikap keprajuritan ditengah dentum meriam dan desing peluru yang menjela jela, seperti sebuah lukisan yang terpampang di depan mata, sebagian kami (bukan teman radio tentunya) menemukan obyek menarik bagi 'senjata' kami, kamipun tak putus putus membidik mereka dengan kamera.suasana seperti ini berlangsung cukup lama....., sampai akhirnya sunyi dan para prajurit bersorak sorai.... mereka menguasai karang komando.

setelah wartawn keluar dari fox hole dan bergabung bersama danjen kopassus (waktu itu) mayjend sriyanto. kami sedikit geli melihat penampilan kami yang memang mirip orang habis perang, muka cemong oleh kamuflase dan pasir, juga baju dan alat alat. Beberapa petinggi Kopassus yang melihat kami sempat meledek "berapa musuh yang kalian bantai?" kata mereka sambil tertawa. aku sendiri melihat suamiku gemetaran, aneh... padahal dia pernah ikut pertempuran sungguhan.... tiba tiba dia teriak.... "Ijin ndan.... kebelet pipis..." sambil lari ke semak semak.... ternyata dia menahan kencing sampai gemetaran.... kami tertawa bebareng....
oleh danjen, kami diterangkan bahwa 139 prajurit telah mengikuti latihan berat di berbagai tempat selama 7 bulan, baik teori maupun lapangan, dan latihan di NK adalah sesi terakhir dari menu latihan mereka yaitu pertempuran rawa dan laut.
aku tahu para prajurit yang terdiri dari 29 bintara dan 110 tamtama itu pasti kelelahan luarbiasa setelah dilepas di hutan NK selama beberapa minggu, Hutan NK yang masih perawan dan dihuni berbagai binatang buas (terutama ular, banyak banget di sana jenisnya) menjadi candradimuka prajurit yang nantinya akan terdepan menjaga keutuhan dan kedaulatan negeri ini. namun tak kulihat sedikitpun rona kelelahan diantara para satria bangsa ini, suara nyanyian komando terus terdengar. Menurutt danjen, tak heran mereka sangat bahagia. entah berapa ratus kilometer mereka melakukan longmarch, entah berapa liter keringat yang mereka teteskan untuk menjadi anggota komando. Instruktur galak dan hukuman hukuman bagi yang melakukan kesalahan menjadi menu mereka selama tujuh bulan, baik di batujajar, tangkuban perahu maupun nusakambangan. Dengan kedisiplinan tinggi ini mereka jalani dengan tegar.
"Tak boleh ada kesalahan dalam pertempuran" ujar danjen.
Menariknya.... dalam dialog usai pembaretan.... seluruh prajurit minta ditugaskan di garis depan (saat itu aceh).
"kami akan menghajar seluruh musuh negara!". lantang seorang bintara dengan mimik serius.
Upacara pembaretan sendiri berjalan dengan khidmat, seluruh prajurit yang mendapatkan baret terlihat tegap dengan dada menggembung penuh rasa bangga, beberapa diantaranya bercampur dengan mimik haru.
usai pembaretan, mereka masih harus melakukan longmarch menuju pusdikpasuss cilacap. di sana keluarga telah menunggu... selamat bertugas komando!, bravo Kopassus!

Tidak ada komentar: