Rabu, 08 April 2009

“MENINGKATKAN KEWASPADAAN DI DAERAH PERBATASAN”

Bertugas di daerah perbatasan memang membutuhkan kehati-hatian sekaligus keberanian. Hampir di setiap daerah perbatasan, kerapkali muncul tindak kejahatan yang yang membutuhkan penanganan. Saat bertugas mengawal kedaulatan NKRI di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste inilah nasib kurang beruntung dialami Lettu Art Tedy Setiawan. Prajurit TNI kelahiran Bandung, 9 Agustus 1978 ini, bertugas di pos Seumakir, Atambua, wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Dia bertugas di sana sejak Desember 2004.

Lulusan Akmil tahun 2000 ini, sebelumnya bertugas di Yon Armed 8/Kostrad, Jember, Jawa Timur. Musibah yang menimpanya terjadi pada 21 April 2005. Waktu itu tepatnya pukul 08.30 WIB Lettu Art. Tedy Setiawan melihat 3 orang yang mencurigakan sedang membawa tiga jerigen berisi BBM dan satu dus minuman kaleng. Lettu Art. Tedy yang bertugas sebagai Komandan Patroli memerintahkan para anggotanya untuk melakukan patroli pengendapan di sekitar sungai Malibaka dengan membagi tim menjadi dua kelompok.

Kelompok 1 dipimpin oleh Lettu Art Tedy Setiawan beserta 7 orang anggotanya, kelompok II dipimpin oleh Serka Abdullah Rohim yang juga beranggotakan 7 orang. Setelah meyakini ada ketidak beresan dari para penyelundup diperbatasan tersebut, Lettu Art Tedy memerintahkan Pratu Jualin dan Pratu Taufik untuk melaksanakan penyergapan dari arah depan, sementara dia beserta yang lain melakukan penyergapan dari belakang. Saat akan ditangkap itulah para penyelundup melakukan perlawanan. Salah seorang dari mereka yang ternyata perempuan berteriak-teriak sambil berlari, sedangkan dua lelaki lainyya melempari para prajurit dengan batu sambil mengancam akan melemparkan parang kearah Pratu Jualin.

Di tengah hiruk pikuk perlawanan dari para penyelundup itulah, tiba-tiba serentetan tembakan yang tak begitu jelas dari mana arah datangnya menghujani para prajurit. Lettu Art Tedy Setiawan yang berada di sebelah kanan anggotanya, terkena tembakan yang tak terduga tersebut. Kontak senjata antara para anggota TNI dengan penembak gelap pun tak terhindarkan. Setelah 10 menit kontak senjata berlangsung, Pratu Jualin dan Pratu Taufik segera mundur menuju titik pengendapan. Pratu Jualin segera memberikan pertolongan sementara Lettu Art Tedy yang terluka di bagian paha kirinya. Dengan tandu darurat dari empat baju loreng anggota yang di ikat batang kayu inilah, Lettu Art. Tedy segera di evakuasi ke pos Koki Dilomil. Setibanya di pos tersebut, Lettu Art Tedy mendapatkan pertolongan untuk kemudian di Evakuasi Ke RSU Atambua. Karena kondisi luka tembaknya cukup serius dan memerlukan perwatan lebih intensif, dirawat di RST TK IV Kupang.

Pada tanggal 23 April 2005, Lettu Art Tedy dievakuasi ke RSAD Udayana Bali kemudian dirujuk Ke RSU Sanglah Denpasar untuk penanganan lebuh lanjut. Karena peralatan di RSU tersebut tidak memadai, maka sejak 25 April 2005 Ia di rawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Saat ditemui Patriot, lajang asal Sunda Ia masih terkulai lemas di pembaringan. “saya baru aja melakukan operasi jadi seluruh tubuh ini masih lemas, “ ujarnya. Dengan terbata-bata, dia menceritakan panjang lebar seluruh detil kronologi musibah yang menimpa dirinya. “saya hanya mengingatkan teman-teman yang bertugas di perbatasan, agar lebih hati-hati lagi. Kita mesti meningkatkan kewaspadaan di daerah perbatasan” paparnya.

Tidak ada komentar: